Dalam berbisnis, tentunya tak terlepas dari yang namanya risiko. Begitu juga dengan investasi, ada pelbagai risiko yang mengakibatkan investasi itu menurun atau bahkan merugi.
Ada pelbagai investasi di Indonesia yakni, emas, saham, properti dan reksadana. Tak terkecuali, pendanaan digital seperti fintech peer to peer (p2p) lending yang juga memiliki risiko. Sebagai pendanaan digital terbaru di Indonesia, risiko itu terjadi akibat peminjam yang gagal bayar karena usahanya menurun atau masalah lainnya.
Muhammad Yunus & Grameen Bank, Inspirasi dalam Mendukung Perkembangan UMKM Perempuan
Karena itu, mitigasi risiko dalam p2p lending perlu dilakukan. Hal itu yang dilakukan Amartha sebagai startup fintech lending dalam menjaga pendanaan yang lebih aman dan nyaman.
Rahasia keberhasilan Amartha terletak dari upaya sistem tanggung renteng yang berhasil menekan tingkat gagal bayar. Upaya sistem tanggung renteng merupakan salah satu mitigasi risiko terbaik yang dimiliki Amartha.
Dalam kamus Bank, dikutip dari Bank Indonesia, tanggung renteng adalah joint and several liability yaitu tanggung jawab para debitur baik bersama-sama, perseorangan, maupun khusus salah seorang di antara mereka untuk menanggung pembayaran seluruh utang; pembayaran salah seorang debitur mengakibatkan debitur yang lain terbebas dari kewajiban membayar utang.
Dalam Wiktionary, tanggung renteng adalah menanggung secara bersama-sama (tentang biaya yang harus dibayar). Oleh sebab itu, tanggung renteng bermanfaat untuk meringankan beban salah satu peminjamnya. Jika ada salah satu anggota tidak bisa melakukan pembayaran kredit, maka anggota lainnya wajib melakukan tanggung renteng atau patungan.
Amartha Catatkan Tingkat Keberhasilan Pengembalian 99.95% di Sumatera
Bagaimana Proses Tanggung Renteng di Amartha?
Di Amartha, para mitra digabungkan ke dalam kelompok renteng (majelis) terdiri dari 15 – 20 orang. Dan setiap minggunya, para anggota hadir dalam perkumpulan majelis untuk melakukan pembayaran. Selain itu, pertemuan ini dilakukan agar dapat menguatkan kerja sama majelis serta mengetahui perkembangan usaha tiap anggota. Tentunya ada Business Partner (BP) yang hadir dan aktif memberi pelatihan literasi keuangan.
PDKT 101: Kenali Sistem Kredit di Amartha
Di Amartha, tanggung renteng dibuat per kelompok (majelis) terdiri dari 15 – 20 orang. Sebelum hari pertemuan, BP sudah melakukan silaturahmi dan mengingatkan untuk tertib angsuran. Jika salah satu anggota tidak hadir, maka BP akan melakukan kunjungan ke rumah yang dikenal dengan istilah home visit. Biasanya, kunjungan ke rumah terjadi, jika salah satu anggota tidak melakukan pertemuan mingguan.
Jika minggu berikutnya tidak hadir, maka BP akan mengunjungi rumah tersebut. Bahkan, dia akan menanyakan alasan anggota tersebut tidak hadir di pertemuan. Biasanya, hal ini terjadi jika si peminjam menunda pembayaran atau gagal bayar. Karena itu, peminjam enggan datang ke pertemuan.
Lalu, Apa Manfaat Tanggung Renteng bagi Pendana di Amartha?
Di Amartha, sistem tanggung renteng menjadi salah satu mitigasi risiko unggulan. Mengapa? Jika ada salah satu anggota tidak dapat melakukan pembayaran, maka anggota kelompok lainnya akan melakukan tanggung renteng atau patungan. Oleh sebab itu, tanggung renteng bermanfaat untuk meringankan beban salah satu penerima pinjaman. Sehingga pembayaran tetap berjalan.
Nah, menarik bukan sistem mitigasi yang dibuat oleh Amartha? Tunggu apalagi, ayo investasikan dana kamu ke Amartha!
[…] Jadi, jika ada mitra yang yang gagal bayar, maka anggota lain akan ikut menalangi untuk membayar angsuran tersebut. Lengkapnya dapat dibaca pada artikel ini. […]