Makin Muda, Makin Kaya, Makin Mudah Berderma #YangBaikLebihBerkah

0
181

Saat ini di Indonesia mulai akrab dengan tagline makin muda, makin kaya, makin mudah berderma. Fenomena ini menggambarkan tingginya jiwa filantropi kaum muda atau milenial di Indonesia.

Fenomena makin muda, makin kaya, makin mudah berderma bisa menggambarkan tingginya jiwa filantropi. Sebuah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaga untuk menolong orang lain. 

Hal tersebut sekarang sangat ditemui pada kaum muda atau milenial di Indonesia. Bahkan menurut hasil survei yang dilakukan oleh Tirto.id dan Jakpat, menunjukan 58,89% responden dengan rentang usia 20-39 tahun mengalokasikan hingga 5% penghasilannya untuk bersedekah. 

Angka tersebut menunjukan bahwa lebih dari setengah milenial di Indonesia memiliki jiwa filantropi yang tinggi atau senang berderma. Sebesar 81,42% milenial yang berderma beragama islam, disusul dengan Kristen 10,28%, Katolik 4,25%, Budha 3,26% dan lainnya 0,79%. 

Menyimak data BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) selama 5 tahun terakhir, rata-rata kenaikan donatur mencapai 24%. Fenomena tingginya angka sedekah di kalangan muda ini erat kaitannya dengan tren hijrah yang tengah berkembang selama 5 tahun terakhir.

Pada tahun 2019, total zakat yang berhasil dihimpun sekitar Rp2,5 triliun. Semuanya merupakan akumulasi dari berbagai lembaga ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf) seperti Dompet Dhuafa, Rumah zakat, PKPU dan lain sebagainya.

Kenaikan signifikan tersebut bisa dibilang luar biasa, apalagi bila mengamati perkembangan ekonomi nasional yang ditopang oleh kaum milenial kelas menengah, atau middle class milenial moslem. Kenaikan zakat tersebut merupakan wujud nyata kesadaran kalangan milenial kelas menengah untuk mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Generasi milenial Indonesia beranggapan bahwa dengan menyumbangkan harta akan membuat mereka lebih kaya. 

Milenial Sering Bersedekah Secara Digital

Metode bersedekah yang dipilih kaum muda kebanyakan adalah situs atau media sosial penggalangan dana. Fakta ini diperkuat riset dari Tirto.id, yang menunjukan 60,87% generasi muda melakukan sedekah digital. Hal ini seharusnya menjadi catatan bagi lembaga pengelola zakat dan sedekah di Indonesia untuk bisa adaptif dengan teknologi termasuk berderma secara digital.

Kalangan milenial juga semakin kritis dengan rasa keingintahuan hasil distribusi zakat dan berbagai program turunannya. Mereka menuntut inovasi program yang lebih baik dari para lembaga zakat selaku pengelola dana. Laporan penggunaan dana sedekah akan dilacak secara berkala oleh para milenial ini. Keingintahuan ini membedakan sedekah generasi milenial dengan generasi sebelumnya.

Manfaat Bersedekah

Bulan Ramadan sudah di depan mata. Pada bulan ini biasanya masyarakat akan berbondong-bondong untuk berderma. Menurut Direktor Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menunaikan sedekah berdampak positif bagi kehidupan Individu dan masyarakat. Berderma mengajarkan kita untuk tidak sombong, memupuk sifat rela berkorban, dan membangkitkan rasa empati sesama manusia.

Secara sosial, bersedekah dapat mempererat hubungan baik sesama manusia, serta menumbuhkan semangat solidaritas dan kebersamaan. Setidaknya, sedekah dapat menjadi wujud dari rasa syukur kita kepada Tuhan. 

Bagi kaum muda, saat ini kesempatan untuk berderma semakin terbuka lebar. Di tengah kondisi pandemi secara global, generasi muda bisa membantu melawan corona dengan bersedekah.

Ada berbagai program penggalangan dana selama masa pandemi corona berlangsung. Salah satunya adalah program #DesaLawanCorona Amartha. Yakni sebuah aksi sosial untuk membantu masyarakat yang terdampak oleh Covid-19 di 150 lebih desa yang tersebar di wilayah Indonesia. Mari berdonasi dengan klik disini. #YangBaikLebihBerkah

amartha desa lawan corona x kita bisa


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here