Sejak tahun 2016, pemerintah Indonesia telah meluncurkan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SKNI. Melalui SNKI, pemerintah membentuk Dewan Nasional Keuangan Inklusif yang dipimpin langsung oleh Presiden Jokowi. Peluncuran SNKI ini sendiri dilatarbelakangi oleh masih rendahnya tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.
Sebagai informasi, Istilah inklusi keuangan menjadi tren seusia krisis tahun 2008, terutama didasari dampak krisis kepada kelompok in the bottom of the pyramid.
Muhammad Yunud & Grameen Bank, Inspirasi Dalam Mendukung Pengusaha Perempuan
Kelompok ini termasuk bagi masyarakat yang berpendapatan rendah dan tidak teratur, tinggal di daerah terpencil, orang cacat, buruh yang tidak mempunyai dokumen identitas legal, dan masyarakat pinggiran. Kelompok ini umumnya unbanked yang tercatat sangat tinggi di luar negara maju.
Dari istilah itu dapat ditarik kesimpulan bahwa akses keuangan amat berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Pasalnya, rata-rata masyarakat miskin, pendapatan rendah, dan tinggal di daerah terpencil tidak memiliki akses keuangan (unbanked). Makanya inklusi keuangan dianggap mampu mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, mengurangi ketimpangan, dan kemiskinan
Perlu kamu tahu, inklusi keuangan membutuhkan literasi finansial yang baik yaitu saat masyarakat telah memahami pentingnya menggunakan produk layanan keuangan dan proses keuangan lainnya. Hal ini akan membuat masyarakat tidak lagi punya kecurigaan atau sikap skeptis terhadap produk layanan keuangan.
Di Indonesia sendiri, menurut Otoritas Jasa Keuangan di bulan November 2019 lalu terdapat peningkatan inklusi dan literasi keuangan. Indeks literasi keuangan telah mencapai 38%, sedangkan indeks inklusi keuangan sebesar 76,19%. Hasil ini tentu lebih baik dibanding tahun 2016 saat tingkat literasi keuangan hanya 29,7% dan inklusi keuangan sebesar 67,8%.
Keuntungan dari Inklusi Keuangan
Dikutip dari situs Bank Indonesia, inilah beberapa keuntungan yang bisa diraih apabila inklusi keuangan terwujud:
- Mendukung peningkatan Human Development Index (HDI) Indonesia
- Memberikan potensi pasar baru bagi perbankan
- Mendukung pendalaman pasar keuangan
- Mendukung stabilitas sistem keuangan
- Meningkatkan efisiensi ekonomi.
- Mengurangi shadow banking atau irresponsible finance
- Berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional yang berkelanjutan
- Mengurangi kesenjangan (inequality) dan rigiditas low income trap sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya berujung pada penurunan tingkat kemiskinan
Bagaimana Mencapai Inklusi Keuangan
Sebagai informasi, visi nasional keuangan inklusif yang dirumuskan oleh Bank Indonesia yaitu mewujudkan sistem keuangan yang dapat diakses seluruh lapisan masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, penanggulangan kemiskinan, pemerataan pendapatan, dan terciptanya stabilitas sistem keuangan di Indonesia.
Karena itu, dibutuhkan kolaborasi dari berbagai jenis lembaga keuangan untuk mewujudkannya, termasuk dari sektor finansial technology (fintech). Seperti diketahui, kehadiran fintech saat ini memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan finansial secara online.
Salah satu perusahaan fintech dengan platform P2P Lending Produktif yang aman dan tepercaya adalah Amartha. Sebagai informasi, Amartha adalah perusahaan pionir dalam layanan fintech peer to peer lending (P2P) yang menghubungkan pendana urban dengan pengusaha mikro di pedesaan.
Hingga saat ini tercatat sudah ada lebih dari 500.000 perempuan di seluruh penjuru Indonesia telah menjadi mitra Amartha untuk diberdayakan. Sudah berizin usaha dan diawasi OJK, Amartha merupakan Peer to Peer (P2P) Lending yang menggunakan sistem pengelolaan risiko terintegrasi di lapangan, teknologi, dan jaminan pendanaan dengan asuransi.
Dengan bergabung menjadi pendana di Amartha, kamu bisa mendapatkan keuntungan hingga 15% per tahun dan cash flow mingguan. Selain itu, pembayaran angsurannya juga dapat diambil kapan saja.