Apa itu Personal Branding
Bagaimana membuat personal branding yang baik? Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa beberapa orang tertentu di bidang tertentu muncul dan secara singkat menjadi terkenal. Mereka mendapatkan semua perhatian media, menyampaikan aspirasi di konferensi dan menarik klien-klien terbaik.
Apakah mereka hanya aji mumpung? Atau apakah mereka hanya tahu beberapa strategi personal branding ajaib yang tidak diketahui oleh kita semua?
Menciptakan merek pribadi bisa menjadi sesuatu yang menakutkan. Dan salah satu cara termudah untuk tersesat dalam prosesnya adalah tidak tahu harus mulai dari mana. Bahkan Oprah Winfrey memulai dengan melalui beberapa iterasi gaya di acara lokal kecil sebelum mendefinisikan suaranya menjadi salah satu contoh personal branding yang paling berpengaruh di dunia.
Baik dalam sudut pandang budaya dan pasar kerja yang berkembang, hal ini sangat membantu dan perlu untuk membuatmu menonjol saat melamar pekerjaan atau memulai perusahaan usahamu sendiri.
Personal branding adalah untuk (hampir) semua orang. Jadi, inilah beberapa strategi dan contoh untuk menciptakan merek pribadi yang menarik, dan unik.
1. Memiliki Titik Fokus
Diterjemahkan dari pernyataan tertulis Cooper Harris, pendiri dan CEO Klickly “Terlalu banyak orang yang tidak fokus dalam hal pers dan merek dagang, berusaha menjadi “segalanya bagi semua orang.” Putuskan apa fokus utama mu dan jadikan itu kompas bagimu”
Cara branding Harris ini telah berubah secara drastis. Dari aktris hingga pengusaha teknologi besar, Harris telah menjadikan brandingnya ini dengan fokus pada satu tujuan.
Personal brandingmu harus tetap kamu jaga untuk target demografis yang semakin beragam ini. Hal itu akan membuatmu lebih mudah membuat konten seputar branding serta dapat mengajak orang-orang menilai dirimu secara berbeda.
2. Menjadi Dirimu Sendiri
Ada cara mudah untuk memiliki branding yang orisinal—dan itu adalah menjadi dirimu sendiri. Influencer milenium dan kepala pemasaran di Popular Demand, Monica Lin, mengatakan, “Orang dapat melihat langsung melalui tindakannya yang di buat-buat.”
Semakin jelas sebuah merek peniru, semakin banyak audiens akan mengulik-ngulik orang dibalik brand tersebut. Branding diri milik Monica mengalami pertumbuhan yang sangat besar setelah dia mulai berinteraksi dengan audiensnya secara lebih natural di Twitter.
3. Menceritakan Sebuah Cerita
Tujuan personal branding adalah menceritakan dirimu kepada audiens. Jika brandingmu tidak menceritakan sebuah kisah, kamu telah kehilangan setengah dari audiens yang berpotensi.
Allen Gannett, chief strategy officer di Skyword dan penulis The Creative Curve menjelaskannya dengan baik bahwa:
“Strategi pemasaran yang paling efektif saat ini adalah membangun narasi yang benar—monolog membosankan di Tinseltown bahkan lebih membosankan untuk brandmu.”
Tidak ada yang ingin mendengar kamu berteriak tentang merekmu ke media sosial, jadi buatlah cerita seputar branding diri yang dapat membuat audiens terlibat. Allen secara teratur bertemu dan mengobrol dengan audiensnya di bandara di seluruh dunia, lebih lanjut mengembangkan pribadinya yang hangat dan ramah.
4. Belajar dari Kegagalan
Kegagalan itu sulit, dan kita semua pasti ingin menghindarinya. Namun, cara membangun personal branding yang terus melejit adalah kamu harus siap mengalami kegagalan. Walt Disney sering membicarakan hal ini ketika dia mengenang upaya pertamanya yang gagal dalam menciptakan merek animasi.
“Aku pikir penting untuk memiliki kegagalan keras yang menampar ketika kita masih muda. Aku belajar banyak dari situ. Karena itu membuat kita sadar akan apa yang bisa terjadi. Dan apa yang bisa terjadi tidak pernah semenakutkan seperti tidak mencoba sama sekali.”
5. Menciptakan Dampak Positif
Setelah kamu mengembangkan merek pribadi selama periode waktu tertentu, umumnya ada dua cara untuk terus menaikkan kualitas brandingmu – melompati brand lain dan membangun jembatan atau terus mengembangkan komunitas di sekitar branding pribadimu.
Jacob Shwirtz, kepala kemitraan sosial di WeWork, yang telah bekerja dengan banyak influencer top di dunia, termasuk penata rias, Michelle Phan, memberi kita strategi termanjur ini.
Baca Juga: Tren Impact Investing, Amartha Ajak Pendana Milenial Ciptakan Dampak Sosial
Contoh Pernyataan Personal Branding
1. “Do you want more traffic?” – Neil Patel
Pernyataan Neil mungkin sebuah pertanyaan sederhana, tetapi nyatanya berhasil karena menarik bagi pendengarnya. Hal ini akan selamanya mengingat reputasinya untuk mendapatkan lebih banyak traffic dari klien-kliennya
2. “Be a blessing.” – Tony Robbins
Pernyataan Tony ini cukup sederhana namun jelas menyampaikan pesan filantropisnya kepada semua orang. Branding diri dengan tulus bertujuan untuk membantu audiens mereka menciptakan hubungan yang tulus.
3. “Kita semua adalah CEO dari brand kita sendiri.” – Merry Riana
Merry tahu apa kelebihan dan kekurangannya, apa yang diinginkannya, dan konsisten untuk mewujudkan semua itu. Baginya, kuncinya terletak pada keunikan dan konsistensi.
Setelah kamu berhasil membangun branding pada diri sendiri serta mengembangkan reputasi baik pada sekitar, langkah selanjutnya adalah memikirkan warisan apa yang akan kamu tinggalkan. Warisan disini tentunya bukan dalam bentuk uang, melainkan apa yang akan orang lain kenang melalui dirimu.
Blake Jamieson, seniman di Blake Jamieson LLC, yang melukis potret seni pop pahlawan teknologi dan olahraga terkenal mengingatkan kita bahwa: “Membangun personal branding jauh lebih besar daripada membangun bisnis. Satu-satunya strategi keluar adalah warisan.”Mewariskan kebaikan pada anak cucu dan sekitar merupakan hal yang mulia.
Kamu juga bisa lho, membangun personal branding mu dengan berinvestasi bersama Amartha. Jadilah pendana bagi usaha mikro pedesaan dan tanamkan pribadi yang mengayomi serta bermanfaat bagi kemajuan wanita tangguh Indonesia. Selain itu, pendana baru akan mendapatkan potongan hingga Rp.100.000 dan 15% flat per tahun, kesempatan tidak datang dua kali! Yuk, investasi bareng Amartha!